Kimsekotongcom,-Para penyelam yang tergabung dalam Komunitas Penyelam Nusa Tenggara Barat (Kapela NTB ) berdasarkan hasil pengamatan bawah laut terhadap terumbu karang di perairan Lombok Barat,khususnya Kecamatan Sekotong.Para penyelam tersebut mengatakan bahwa terumbu karang memiliki potensi besar untuk di jadikan objek wisata bahari."Saya
lautanIndonesia, yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis. Potensi jasa lingkungan kelautan yang lainnya yang masih memerlukan sentuhan pendayagunaan secara profesional adalah jasa
Pemahamanyang baik tentang proses-proses alamiah ( eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, b). Kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat di wilayah Kepulauan Raja Ampat, dan c). Kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004).
Vay Tiį»n Nhanh Chį» Cįŗ§n Cmnd Nợ Xįŗ„u. Terumbu Karang adalah Hidupan Laut yang Penting Terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam bawah laut yang sangat menakjubkan. Terumbu karang yang indah dan sehat merupakan rumah bagi berbagai jenis biota laut yang mengagumkan. Namun, keberadaannya seringkali terancam oleh kegiatan manusia, seperti pencemaran dan pemanasan global. Padahal, terumbu karang memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan sektor, terutama sektor pariwisata. Potensi Wisata dari Terumbu Karang Terumbu karang yang indah dan sehat merupakan daya tarik wisata yang sangat besar. Banyak wisatawan yang datang ke daerah-daerah pantai untuk melihat langsung keindahan terumbu karang. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa daerah yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya, seperti Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat. Potensi wisata dari terumbu karang sangat besar, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah. Terumbu Karang sebagai Habitat Satwa Laut Terumbu karang juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai habitat satwa laut. Banyak jenis biota laut yang hidup di dalam terumbu karang, seperti ikan, udang, kepiting, dan banyak lagi. Kehadiran terumbu karang yang sehat dan indah dapat menarik berbagai jenis satwa laut yang indah dan mengagumkan. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin melihat satwa laut secara langsung di alam liar. Terumbu Karang sebagai Penyeimbang Ekosistem Laut Terumbu karang juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyeimbang ekosistem laut. Terumbu karang yang sehat dan indah dapat membantu menjaga keseimbangan populasi satwa laut. Selain itu, terumbu karang juga dapat membantu mengurangi dampak buruk dari pemanasan global dan pencemaran laut. Dengan menjaga keberadaan terumbu karang yang sehat, maka ekosistem laut dapat tetap seimbang dan berkelanjutan. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan terumbu karang yang indah sangat penting dalam pengembangan sektor, terutama sektor pariwisata. Terumbu karang memiliki potensi wisata yang besar, serta peranan yang penting sebagai habitat satwa laut dan penyeimbang ekosistem laut. Oleh karena itu, kita semua harus menjaga keberadaan terumbu karang yang sehat dan indah agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan alam. FAQ 1. Apa itu terumbu karang? Terumbu karang adalah salah satu keajaiban alam bawah laut yang terdiri dari kumpulan karang dan organisme laut lainnya. 2. Apa manfaat terumbu karang? Terumbu karang memiliki potensi wisata, peranan penting sebagai habitat satwa laut, dan sebagai penyeimbang ekosistem laut. 3. Apa saja daerah di Indonesia yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya? Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat merupakan beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan keindahan terumbu karangnya. 4. Apa yang menjadi ancaman terbesar bagi keberadaan terumbu karang? Pencemaran dan pemanasan global merupakan ancaman terbesar bagi keberadaan terumbu karang. 5. Apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga keberadaan terumbu karang? Kita dapat menjaga lingkungan sekitar terumbu karang agar tetap bersih dan sehat, serta mengurangi dampak buruk dari pemanasan global dan pencemaran laut.
Terumbu karang penting bagi ekosistem laut. Fahrurrozi, Divisi Sains dan Teknologi Yayasan Terumbu Karang Indonesia Terangi mengatakan, terumbu karang, memiliki nilai ekologis sebagai penyedia habitat, sampai pengasuhan biota laut. Juga pelindung wilayah pantai dan mencegah dampak erosi. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia? Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI 2019, dengan pengamatan di titik, kondisi sangat baik hanya 6,42%, kondisi baik 22,38%, kondisi cukup 37,38%, dan buruk sekitar 33,82%. Akmal Abdat, Ketua Forum Penyelaman Mahasiswa Indonesia FoPMI mengatakan, kerusakan terumbu karang itu bisa karena ancaman langsung dan tak langsung. Ancaman langsung misal, karena penyelaman yang tidak mematuhi etika, jangkar kapal, kapal kandas di daerah karang, bisa juga penangkapan ikan berlebih. Untuk keterancaman tak langsung, bisa karena perubahan iklim, kualitas perairan sama sampah, debris, dan pestisida. Data United Nations Environment Programme-World Conservation Monitoring Center UNEP-WCMC 2006, mengeluarkan hitungan nilai terumbu karang bisa sampai US$ per km pertahun atau Rp9 miliar per tahun. Nilai ini, dapat terjadi kalau terumbu karang terlindungi hingga memberikan nilai bagi perikanan, wisata, dan lingkungan hidup. Terumbu karang merupakan sekumpulan biota karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga zooxanthellae. Ia sebagai habitat atau tempat berkembang bagi biota laut. Keberadaan terumbu karang penting bagi ekosistem laut. āUntuk itu, kita harus jaga terumbu karang ini. Dengan menjaga ekosistem terumbu karang, kita sudah melakukan cara instan untuk turut menjaga keanekaragaman hayati di laut,ā kata Fahrurrozi, Divisi Sains dan Teknologi Yayasan Terumbu Karang Indonesia Terangi dalam sesi diskusi virtual aksimudajagaiklim baru-baru ini. Terumbu karang, katanya, tersusun atas hewan-hewan karang yang sangat kecil yang disebut polip. Polip adalah hewan karang yang membentuk terumbu dan hidup di dalam koralit. Polip ini memiliki tubuh seperti tabung dan masih memiliki keterikatan atau masih kerabat dengan ubur-ubur. Terumbu karang, katanya, memiliki nilai ekologis sebagai penyedia habitat, sampai pengasuhan biota laut. Juga pelindung wilayah pantai dan mencegah dampak erosi. āTerumbu karang mampu mengurangi pemanasan global. Hasil metabolisme terumbu karang berupa kerangka kapur kalsium karbonat C2Co3. Spesies penting yang berkontribusi dalam menyerap rantai karbon di laut. Bisa dikatakan dapat mengurangi pemanasan global,ā katanya. Baca juga Pemulihan Terumbu Karang di Tengah Pandemi COVID-19 Kondisi terumbu karang di perairan Tanjung Kajuwulu yang mengalami pemutihan, Desa Magepanda, Kabupaten Sikka,NTT. Foto Maumere Diver Community MDC Data United Nations Environment Programme-World Conservation Monitoring Center UNEP-WCMC 2006, mengeluarkan hitungan nilai terumbu karang bisa sampai US$ per km pertahun atau Rp9 miliar per tahun. Nilai ini, katanya, dapat terjadi kalau terumbu karang terlindungi hingga memberikan nilai bagi perikanan, wisata, dan lingkungan hidup. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia? Menurut Rozi, data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI 2019, dengan pengamatan di titik, kondisi sangat baik hanya 6,42%, kondisi baik 22,38%, kondisi cukup 37,38%, dan buruk sekitar 33,82%. Kerusakan terumbu karang ini, katanya, antara lain karena efek pemanasan global. Artinya, kenaikan suhu permukaan bumi, akan berdampak buruk bagi terumbu karang. Kenaikan 1-2 derajat celsius saja bagi terumbu karang, bisa berpengaruh bagi kehidupan mereka. Untuk itu, katanya, kalau pemanasan global terus terjadi secara tidak langsung terumbu karang terus terancam. Belum lagi, katanya, keterancaman dari aktivitas manusia yang merusak seperti penggunaan bom, dan buang jangkar sembarangan. Dia bilang, beberapa langkah dilakukan Yayasan Terangi. Pertama, riset ilmiah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di suatu wilayah dan masalah yang dihadapi. Kedua, rehabilitasi terumbu karang yang rusak. Baca juga Inilah Dampak Badai Siklon Tropis Seroja pada Terumbu Karang di TNP Laut Sawu Salah satu terumbu karang di perairan Pulau Ay dan Rhun, Kepulauan Banda, Maluku. Foto Evi Ihsan / Coral Triangle Center Ketiga, peningkatan kapasitas masyarakat. Masyarakat, katanya, yang tahu kondisi di daerah, dengan cara meningkatkan kapasitas mereka maka bisa lebih optimal menjaga terumbu karang, Mereka juga merekomendasikan para pihak peduli dan mau bergerak menjaga terumbu karang, seperti magang mahasiswa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa berkesempatan belajar dan dibekali teori dan terjun langsung perawatan terumbu karang mulai telaah masalah, hingga bagaimana aksi pemulihan. Juga ada Sekolah Pantai Indonesia. Dalam kegiatan ini, disediakan modul untuk siswa SMP dan SMA yang tertarik meningkatkan pengetahuan di pesisir, dan konsentrasi isu laut baik terumbu karang, mangrove, sampah di laut. Kemudian, kegiatan tahunan berupa Corel Day. Dalam kegiatan ini, ada edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat soal pentingnya terumbu karang. Ada juga buka donasi. Program ini berupa penggalangan dana dari pihak yang mau berkontribusi dalam kegiatan menjaga dan merawat terumbu karang. Akmal Yazid Perwira, Ketua Umum Forum Penyelaman Mahasiswa Indonesia FoPMI mengatakan, kerusakan terumbu karang itu bisa karena ancaman langsung dan tak langsung. āAncaman langsung seperti karena penyelaman yang tidak mematuhi etika, jangkar kapal, kapal kandas di daerah karang, bisa juga penangkapan ikan berlebih,ā katanya. Penyelam, katanya, harus memperhatikan etika agar tidak merusak terumbu karang, seperti tak buang sampah, tak menyentuh karang, tidak boleh beri makan ikan agar tak bergantung. āTidak menyentuh biota laut. Tidak mengacak sedimen dan mengambil barang atau hal di bawah laut.ā Untuk keterancaman tak langsung terumbu karang, bisa karena perubahan iklim, kualitas perairan sama sampah, debris, dan pestisida. Mereka yang peduli konservasi, katanya, bisa melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang untuk mengetahui kondisi perairan terutama dalam kawasan perlindungan laut. Kegiatan ini, katanya, bisa berkolaborasi dengan pemerintah atau pengelola kawasan. Ketika pemerintah sudah bikin kebijakan, katanya, bisa terus dikawal. āIni bisa dilakukan oleh anak muda, khususnya yang bergerak di penyelaman.ā Dia cerita, FoPMI sudah merehabilitasi terumbu karang di Bengkulu, tepatnya di Pulau Enggano, bekerjasama dengan EcoNusa melalui program penjaga laut. FoPMI juga sedang dan akan melakukan beach clean up dan underwater clean up guna mengurangi sampah di laut. Dia berharap, kegiatan ini bisa memantik pemuda lain terlibat bahkan melakukan hal serupa di daerah mereka masing-masing. Akmal bilang, banyak cara bisa ikut peduli terumbu karang, seperti edukasi kelautan dan pelestarian terumbu karang, sampai kampanye melalui medsos. āPemuda dekat dengan teknologi. Memanfaatkan media untuk kampanye perihal pentingnya merawat terumbu karang. Itu dapat jadi upaya melestarikan terumbu karang.ā Seorang penyelam sedang melihat biodersitas terumbu karang yang luar biasa di perairan Kepulauan Lease, Maluku Tengah, Maluku. Foto Purwanto / Coral Triangle Center ***** Foto utama Terumbu karang. Foto Marthen Welly/CTC Artikel yang diterbitkan oleh
Terumbu karang merupakan ekosistem marine berupa masif kalsium karbonat CaCO3. Terumbu karang sebagian besar terdapat di triangle coral reef yaitu di perairan Indo-Pasifik salah satunya di kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, terumbu karang adalah kekayaan hayati Indonesia yang harus tetap dijaga. Hal ini menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan ide dan gagasan, sehingga tertuang ke dalam bentuk karya keramik hias. Proses penciptaan karya keramik ini mengadaptasi dari metode perancangan SP. Gustami 2004. Tahap pertama adalah ekplorasi mencangkup meditasi, penelusuran, pengalian, pengumpulan data dan referensi mengenai sumber ide tentang terumbu karang di Indonesia. Tahap kedua meliputi 1 perencanaan, melakukan eksplorasi bentuk dan teknik; 2 visualisasi gagasan, menjadikan sketsa terpilih sebagai bentuk model prototipe. Tahap ketiga meliputi 1 perwujudan, melakukan pengembangan/ penyempurnaan sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai rekabentuk dalam proses berkarya; 2 mengadakan penilaian dan evaluasi hasil karya. Hasil karya yang divisualisasikan sebanyak 7 karya seni keramik dengan bentuk 2 dimensi relief dan 3 dimensi. Diharapkan dengan penciptaan ini menjadi referensi masyarakat mengenai mengembangkan sektor alam sebagai sumber inspirasi produk kerajinan khas daerah pesisir Indonesia, serta membantu kecintaan masyarakat terhadap terumbu karang dan konservasi terumbu karang di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 59 TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS Febriari1, Ponimin2 Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5, Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia. Email Abstract Coral reefs are marine ecosystems in a form of massive calcium carbonate CaCO3. Most are inhabiting the triangle coral reef in Indo-Pacific ocean that one of which is in the Indonesian archipelago. Therefore, coral reefs are Indonesia's biological riches that must be maintained. This is a source of inspiration that is embodied in the form of ornamental ceramic. The process of creating this ceramic art is adapted from the design method created by Gustami 2004. The first stage is exploration that includes meditation, tracing, data collection, and reference on the source of ideas about coral reef representation in Indonesia. The second stage is 1 planning, exploring the forms and techniques; 2 visualization of ideas, making sketches selected as models prototype. The third stage is, 1 the embodiment, undertake the development/ refinement of selected sketches that will be used as recabinance in the process of work; 2 perform assessment and evaluation of the work. The work is visualized as many as 7 works of ceramic art with 2 dimensional relief and the 3 dimension. It is hoped that this creation will become a community's reference to develop the natural sector as a source of inspiration for craft products typical of coastal areas of Indonesia, as well as to help a community's love of coral reefs and coral reef conservation in Indonesia. Key Words coral reef, inspiration, ornamental ceramic Abstrak Terumbu karang merupakan ekosistem marine berupa masif kalsium karbonat CaCO3. Terumbu karang sebagian besar terdapat di triangle coral reef yaitu di perairan Indo-Pasifik salah satunya di kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, terumbu karang adalah kekayaan hayati Indonesia yang harus tetap dijaga. Hal ini menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan ide dan gagasan, sehingga tertuang ke dalam bentuk karya keramik hias. Proses penciptaan karya keramik ini mengadaptasi dari metode perancangan SP. Gustami 2004. Tahap pertama adalah ekplorasi mencangkup meditasi, penelusuran, pengalian, pengumpulan data dan referensi mengenai sumber ide tentang terumbu karang di Indonesia. Tahap kedua meliputi 1 perencanaan, melakukan eksplorasi bentuk dan teknik; 2 visualisasi gagasan, menjadikan sketsa terpilih sebagai bentuk model prototipe. Tahap ketiga meliputi 1 perwujudan, melakukan pengembangan/ penyempurnaan sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai rekabentuk dalam proses berkarya; 2 mengadakan penilaian dan evaluasi hasil karya. Hasil karya yang divisualisasikan sebanyak 7 karya seni keramik dengan bentuk 2 dimensi relief dan 3 dimensi. Diharapkan dengan penciptaan ini menjadi referensi masyarakat mengenai mengembangkan sektor alam sebagai sumber inspirasi produk kerajinan khas daerah pesisir Indonesia, serta membantu kecintaan masyarakat terhadap terumbu karang dan konservasi terumbu karang di Indonesia. Kata kunci terumbu karang, inspirasi, keramik hias Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 60 Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sehingga memiliki keanekaragaman hayati dan nonhayati kelautan terbesar terutama terumbu karang. Terumbu karang adalah ekosistem marine yang unik, kompleks serta tinggi prokduktivitas sehingga menjadikan terumbu karang sebagai tempat tumbuh dan berkembangbiaknya kebanyakan ikan dan biota yang ada di i perairan, serta secara fisik fungsi terumbu karang adalah penahan abrasi pantai, pemecah gelombang dan lain sebagainya. Terumbu karang memiliki nilai estetik yang tinggi yang dapat digunakan sebagai pengembangan bidang seni, budaya dan sektor wisata bahari marine tourism. Hal tersebut menjadikan inspirasi penulis untuk dikembangkan menjadi penyusunan gagasan penciptaan kerajinan keramik hias, yang bersumber dari keindahan terumbu karang di Indonesia. Keramik merupakan produk kerajianan yang digunakan sebagai benda funsional yakni, pelengkap perabot rumah tangga dan lain sebgaianya yang telah ada sejak dulu, hingga berkembang menjadi salah satu media ekspresi dalam karya seni saat ini. Keramik sendiri di Indonesia merupakan produk lokal yang dapat ditingkatkan produktifitasnya, baik dalam produk keramik sebagai benda fungsional maupun sebagai benda hias. Indonesia memiliki beberapa daerah sebagai pusat kerajinan keramik diantaranya, keramik Plered Purwakarta, Jawa Barat, keramik Kasongan Yogyakarta, keramik Dinoyo Malang, Jawa Timur, keramik Pulutan Minahasa, Sulawesi Utara dan lain sebagainya Ponimin, 2018. Oleh karena itu keramik dipilih karena banyaknya pusat kerajinan keramik di Indonesia, serta dengan menginspirasi terumbu karang sebagai ide pembuatan, diharapkan menjadikan produk kerajinan keramik hias yang dapat menciri khaskan Indonesia sebagai negara bahari. Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut 1. Mengapa terumbu karang diangkat sebagai ide pembuatan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 2. Bagaimana pengolahan sumber ide terumbu karang dalam pembuatan kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 3. Bagaimana hasil proses kreatif terumbu karang sebagai ide dalam kerajinan keramik hias. Tujuan-tujuan serta kebermanfaatan hendak dicapai dalam penciptaan ini diantaranya adalah 1. Mampu memaparkan hasil kajian terumbu karang Indonesia, sebagai sumber ide kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 2. Mampu menjelaskan pengolahan sumber ide berupa konsep dan mengungkapkannya melalui proses kreatif kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. 3. Mampu menjelaskan hasil proses kreatif terumbu karang sebagai sumber ide pembuatan kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal. Manfaat hasil proses kreatif ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan terhadap pihak-pihak terkait seperti pengerajin keramik maupun masyarakat luas, agar lebih mengembangkan sektor alam sebagai sumber inspirasi produk kerajinan yang memiliki karakter kearifan lokal Indonesia sebagai negara bahari. Mengingat selama ini produk kerajinan keramik memiliki kecenderungan bentuk-bentuk pottery tembikar, bentuk-bentuk hewan seperti ikan, burung, singa dan lainnya, tumbuhan seperti bunga, rerumputan dan lainya maupun karakter manusia. Metode yang lebih sesuai sangat diharapkan untuk mendaptakan bentuk-bentuk kerajinan keramik hias yang memiliki karakter kearifan lokal serta memiliki nilai artistik. Aspek kognisi sebagai hal utama dalam proses kreatif ini juga memperhatikan kepekaan dan kemampuan artistik dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip desain produk Sachari, 1989; 55. KAJIAN TEORITIS Terumbu Karang Pemicu Ide Kreatif berkarya keramik. Terumbu karang merupakan hewan laut yang bersimbiosis dengan alga Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 61 Zooxanthellae, Guntur 2011 6 menyatakan bahwa, Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat CaCO3 dari organisme-organisme laut. Sebagian besar terumbu karang tersusun dari ordo karang keras Scleractinia, karang lunak Stolonifera, karang filum Coelenterata serta beberapa alga seperti koralin, alga hijau jenis Halimeda dan organisme lainnya. Pertumbuhan terumbu karang banyak terdapat di segitiga terumbu karang triangle coral reefs yaitu, di perairan Indo-Pasifik yang mencangkup kepulauan Filipina, kepulauan Indonesia, Papua dan bagian utara Australia dengan jumlah 50 genera dan 700 spesies. Di Indonesia sendiri terdapat 400 spesies terumbu karang dari total yang ada di perairan Indo-Pasifik dengan diantaranya merupakan katagori terumbu karang langkah yaitu, spesies Endangered. Guntur 2011 33 menyatakan bahwa, terdapat enam jenis terumbu karang yaitu, bentuk bercambah Branching, bentuk padat Massive, bentuk jamur Mushroom, bentuk kerak Enrusting, serta bentuk meja Tabulate. Jenis-jenis terumbu karang dalam proses pembentukan digolongkan menjadi empat kelompok berdasarkan fungsinya yaitu hermatype-symbionts, hermatype-asymbionts, ahermatypes-symbionts, dan ahermatypes-asymbionts Guntur, 2011 31-47. Proses kreatif dalam pembuatan terumbu karang sebagai ide inspirasi kerjinan keramik hias yang berkarakter kearifan lokal ini, penulis lebih kepada mengambarkan kerajinan keramik dalam bentuk objek terumbu karang yang banyak dijumpai di Indonesia seperti jenis branching, massive, mushroom, enrusting, tabulate dan tidak terkecuali dengan biota-biota laut lainya yang melekat pada terumbu karang seperti udang, kepiting, alga, lumut dan lain sebagainya. Keramik merupakan produk budaya serta sarana yang memiliki peran yang begitu penting sehingga memperoleh suatu hubungan dimasa lalu. Sebagai produk materi, keramik dapat dipandang sebagai objektivitas ide, nilai, norma dan peraturan maupun prilaku masyarakat. Saat itu bahan baku yang digunakan adalah tanah liat tanpa bahan tambah berbentuk periuk belanga, gerabah atau tembikar. Untuk saat ini kerajinan keramik yang digunakan adalah keramik jenis porselin terbuat dari 4 sampai 5 macam bahan seperti kaolin, feldspar, kuarsa, tanah liat, ball clay dan lain sebagianya, dengan hasil berwaran putih dan mengkilat menggunakan glasir dengan suhu pembakaran sekitar 1100-13000C. Keramik hias merupakan kerajinan keramik yang hanya memiliki satu fungsional yakni sebagai bahan pelengkap interior/ eksterior maupun sebagai benda hias lainnya. Kerajinan keramik yang dihasilkan secara konvensional maupun hanya dibuat dengan jumlah terbatas. Teknik yang digunakan pada umumnya dapat berupa teknik cetak casting, pijat pinching, pilin coiling, lempengan slabing maupun putar throwing Ponimin, 2010 67-80. METODE Menurut Sumarwahyudi 2011 75 menyatakan bahwa, metode merupakan suatu prosedur untuk mengetahui atau menyelesaikan dalam bentuk langkah-langkah yang sistematis. Metodologi merupakan pengkajian untuk mempelajari peraturan-peraturan di dalam suatu metode. Seperti yang diungkapkan oleh Gustami 2004 31 di dalam metodologi perancangan terdapat tiga tahap diantaranya eksplorasi, perencanaan dan perwujudan. Tahap ekplorasi meliputi aktivitas penjelajahan, menggali sumber ide dengan langkah-langkah identifikasi dan perumusan masalah, penelusuran, pengagalian, pengumpulan data dan referensi. Hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan secara teoritis dan dijadikan sebagai dasar perancangan. Berdasarkan metode perancangan tersebut penulis mengadaptasi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut Tahap pertama adalah ekplorasi mencangkup penelusuran, pengagalian, pengumpulan data dan referensi mengenai sumber ide tentang kondisi terumbu karang Indonesia hingga terbentuk langkah-langkah identifikasi dan rumusan masalah. Tahap kedua yakni perencanaan yang penulis bangun dari butir-butir penting dari tahap pertama, melakukan eksplorasi bentuk dan teknik sehingga terbentuk konsep-konsep berkarya yang diwujudkan dalam bentuk Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 62 sketsa-sketsa, dari deretan sketsa yang sudah dibuat maka dipilih beberapa seketsa terpilih, serta mevisualisasikan gagasan menjadikan sketsa terpilih sebagai bentuk model prototipe. Tahap kedua ini penulis didukung dengan imajinasi/kepekaan estetik untuk memicu ide kreatif serta berbekal pengalaman artistik dan teknik berkarya Dharson, 2016. Tahap ketiga adalah perwujudan dalam tahap ini penulis melakukan pengembangan/ penyempurnaan sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai rekabentuk dalam proses berkarya. Mewujudkan Konsep ke dalam bentuk karya keramik media ekspresi keramik non fungsional praktis dengan mempertimbangkan orientasi artistik dan teknik berkarya serta mengadakan penilaian dan evaluasi hasil karya, sehingga terwujudkan dalam karya seni keramik yang dapat di nikmati, diapresiasi, dan dihayati. Untuk memperjelas berikut gambar bagan metode penciptaan yang diadaptasi dari metode perancangan SP. Gustami. Gambar 1. Bagan Metode Perancangan/ Penciptaan Mengadaptasi dari Metode Perancangan SP. Gustami HASIL DAN PEMBAHASAN Pendalaman Sumber Ide dan Membangun Konsep Bentuk Karya Hal awal yang dilakukan adalah mengkaji beragam jenis terumbu karang yang ada di perairan Indonesia, serta memiliki bentuk potensial untuk diangkat sebagai bentuk kerajinan keramik hias. Ada beberapa jenis terumbu karang yang dianggap potensial sebagai inspirasi bentuk kerajinan keramik hias diantaranya, Branching, bentuk padat Massive, bentuk jamur Mushroom, bentuk kerak Enrusting, serta bentuk meja Tabulate. Gambar 2. Jenis Terumbu Karang Berdasarkan jenis terumbu karang yang banyak terdapat di perairan Indonesia tersebut, terlihat bentuk terumbu karang tersusun dari unsur bentuk yang unik, beragam dan kompleks, serta yang paling menonjol adalah bentuk lipatan-lipatan, lubang-lubang pori-pori serta permukaan yang terlihat kasar. Hal tersebut sangat berpotensi dijadikan sebagai bentuk kerajinan keramik hias yang berkarakter kearifan lokal. Oleh karena itu, dari hasil pengamatan terhadap terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia, penulis mengangkat sebagai ide untuk diadaptasi sebagai bentuk kerajinan keramik hias. Hal ini selanjutnya dilakukan proses kreasi yang berdasarkan aspek visual yang mewakili elemen bentuknya dengan prinsip-prinsip seni sebagai bahan pertimbangan Sachari, 2005. Prinsip-prinsip artistik yang menjadi pertimbangan adalah keunikan, filosofis/simbolik, serta kerumitan, sehingga terbentuk kerajinan keramik hias yang bersifat dekoratif. Aspek pengorganisasian visual seperti harmonisasi, keseimbangan, proporsi, ritme/irama, serta emphasis tetap diperhatikan untuk mengatur beragam unsur rupa seperti bentuk dan ruang, raut dan tekstur serta warna dan cahaya agar mencapai kesatuan, keteraturan dan keberagaman. Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 63 Dalam proses kreatif ini bentuk terumbu karang akan di visualisasikan dalam kerajinan keramik hias stoneware bergelasir. Sehingga didapatkan konsep hingga terwujud dalam tujuh karya kerajinan keramik hias yang memiliki bentuk dua dimensi relief serta tiga dimensi. Berikut ini merupakan hasil dari proses eksplorasi bentuk hingga menjadi konsep serta tertuang dalam bentuk sketsa-sketsa terpilih karya kerajianan keramik yang selanjutnya akan dilakukan proses perwujudan. Gambar 3. Sketsa Terpilih Bentuk Karya Pertama Gambar 4. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Dua Gambar 5. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Tiga Gambar 6. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Empat Gambar 7. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Lima Gambar 8. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Enam Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 64 Gambar 9. Sketsa Terpilih Bentuk Karya ke Tujuh Kajian Kritis Kajian kritis mencangkup media penciptaan yang digunakan. Media merupakan susunan/ tatanan yang menampakkan organisasi visual baik berupa objek estetik maupun objek yang non estetik. Media visual merupakan unsur pembentuk dari organisasi artistik, perupa berusaha memanipulasi media visual untuk mewujudkan idenya oleh karena itu pada hakekatnya adalah penciptaan struktur artistik. Media visual dimanfaatkan oleh perupa sebagai bahasa visual karena dengan media visual perupa berupaya menyampaikan bahasanya kepada khalayak melalui simbol-simbol visual. Di dalam media visual terdiri dari media fisik dan media estetik, sebenarnya kedua hal tersebut pada dasarnya secara visual keduanya saling melebur membentuk struktur fisik dan estetik di dalam visualisasi/ struktur yang artistic Indrawati,2009 17. Media fisik merupakan material atau bahan dalam mewujudkan/ mevisualkan ide/ gagasan kreatif menjadi suatu visualisasi/ struktur artistik. Seorang perupa dapat mewujudkan media fisik dalam bentuk bantuan alat dan teknik, karena dengan material/ bahan akan memiliki prosedural dalam mewujudkan dalam bentuk alat dan teknik tertentu sesuai dengan kualitas dan karakteristik material/ bahan. Material/ bahan yang digunkan perupa dalam mewujudkan/ mevisualkan ide/ gagasan kreatif dapat berupa material/ bahan alam atau produk industri. Media estetik adalah media yang dapat diidentifikasi sebagai unsur-unsur kerupaan seperti garis, bentuk dan ruang, warna dan cahaya, serta tekstur. Di dalam media estetik terdapat kualitas fisik dan kualitas non fisik psikologis, dengan demikian menjadikannya bentuk upaya komunikasi dalam hal simbol-simbol visual dari ide/ gagasan kreatif perupa, sehingga perasaan estetik perupa dipindah kedalam bentuk objek Indrawati, 2009 Dalam media estetik ini penulis berupaya mevisualkan dalam bentuk dan ruang, raut dan tekstur, serta warna dan cahaya. Alat dan Bahan Dalam proses kreatif ini alat yang dugunakan menyesuaikan dengan hasil sketsa terpilih yang akan digunakan sebagai prototipe proses perwujudan. Beberapa alat yang digunakan dalam proses kreatif ini diantaranya adalah mesin extruder, cangkul, meja putar tradisional, plastic, papan triplek, kertas karton, gulungan kayu dan tongkat kayu balok, butsir dan turning tools alat pengaruk, pisau palet dan kape, pipa, kawat pemotong, penggaris, cutting, tusuk gigi, sisir dan bolpoin bekas, cetakan, spuit dan piping bag plastik segitiga, batuan karang, timba, gelas ukur dan gelas plastic, sendok dan alat aduk, sponge spon, timbangan, kuas, saringan, mesin kompresor udara dan spray gun, serta oven pembakaran tungku api berbalik. Bahan yang digunakan merupakan bahan tanah liat clay hasil proses benefisasi di UPT Aneka Industri dan Kerajinan Unit Keramik Surabaya dengan tipe massa throwing/ putar, serta penggunaan pasir kuarsa sebagai filler/ zat pengisi. Bahan glasir sendiri menggunakan bahan glasir transparan dengan massa rendah serta warna di dapat dari bahan oksidan pewarna. Gambar 10. Oksidan Pewarna yang Digunakn Teknik Ada beberapa teknik yang gunakan dalam proses kreatif ini diantaranya teknik pembentukkan meliputi teknik pijit pinching, Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 65 teknik pilinan coiling, serta teknik lempengan slabing, teknik dekorasi meliputi teknik impressing, combing, embossing, relief, pilin tempel, roll, spuit, dan kuas/ lukis brushing. Teknik penglasiran menggunakan proses penglasiran underglaze dengan teknik semprot spraying, teknik celup dipping, serta teknik kuas brushing, merupakan tipe keramik stoneware yang dilakukan pada pembakarang single firing dengan menggunakan tungku api berbalik dalam suhu 10000-12500 C Taufik Akbar, 2018. Proses Perwujudan Proses perwujudan dilakukan berdasarkan hasil eksplorasi, konsep hingga perancangan desain gambar sketsa yang telah dibuat sehingga teraktualisasi dalam proses perwujudan sebagai berikut 1. Pengolahan bahan, dalam tahap ini dilakukan pengolahan bahan tanah liat clay massa putar/ throwing, dengan pasir kuarsa dalam mesin extruder. 2. Proses pembentukkan, dalam tahap ini sketsa terpilih dijadikan sebagai prototipe proses pembentukkan, teknik yang digunakan diantaranya teknik pijitan pinching, pilinan coiling, serta lempengan slabing maupun kombinasi diantara teknik tersebut. 3. Proses dekorasi, dalam proses ini dilakukan setelah proses pembentukkan ketika kondisi bahan masih basah atau sudah mongering. Tahap ini menggunakan teknik dekorasi diantaranya teknik impressing dengan menggunakan batuan karang dan cetakan, teknik combing menggunakan sisir, teknik embossing menggunakan ujung bulpoint, teknik pilin tempel dengan membuat pilinan-pilinan dan ditempel, teknik roll menggunakan pipa dank kape untuk membentuk, teknik spuit menggunakan spuit dan kantung segitiga piping bag serta teknik relief. 4. Proses pengeringan, tahap ini menggunakan pengeringan dengan panas dari alam matahari yakni, dengan proses pengeringan pertama di dalam ruangan dengan suhu 250-310 C. Proses pengeringan kedua dengan suhu luar rungan tidak di bawah sinar matahari langsung, serta proses ketiga di bawah sinar matahari langsung hingga benar-benar kering. 5. Proses pewarnaan dan penglasiran, dalam proses ini dilakukan dengan teknik kuas/lukis brushing, teknik semprot spraying, serta taknik celup dipping, dengan menggunakan bahan glasir transparan dan pewarna oksidan pewarna. 6. Proses pembakaran, dalam proses ini dilakukan dengan single firing yakni dilakukan satu kali pembakaran dengan menggunakan suhu tinggi 10000-12500 C dalam oven/ tungku api berbalik selama 14 jam. 7. Proses finishing, dalam proses ini perlu dilakukan untuk menyortir keramik hasil pembakaran serta pengemasan/ packaging karya hingga siap untuk dijual. Packaging setidaknya dianggap efesien, serta menunjang penampilan produk Ponimin, 2017. Hasil Karya Dalam hasil karya akan disajikan beberapa hasil karya berdasarkan proses ekplorasi hingga proses perwujudan. Serta dalam hal ini akan dilakukan penjabaran karya serta pembahasan mengenai keekonomisan, agronomis, keefesiensian, psikologis, serta keamanan sebagai kerajinan keramik hias serta konsep penggunaan yang sesuai untuk benda hiasan. Berikut merupakan hasil karya diantaranya. Gambar 11. Hasil Karya Pertama Febriari, Ponimin TERUMBU KARANG SEBAGAI IDE INSPIRASI PEMBUATAN KERAJINAN KERAMIK HIAS 66 Karya ini berukuran 100 x 79 cm, memiliki warna rana putih yang soft, berusaha memberikan kesan nyaman, lembut dan energik. Karya ini dapat digunakan sebagai hiasan dinding, dapat sebagai pelengkap interior baik digunakan dalam ruang keluarga, kamar tidur, ruang tamu maupun pelengkap eksterior. Gambar 12. Hasil Karya ke Dua Karya ini berukuran 205 x 55 cm, memiliki ukuran yang cukup panjang, karya ini bertujuan digunakan sebagai hiasan meja, dengan bagian atas dilapisi kaca sehingga terkesan nature, dan dinamik. Serta dapat digunakan sebagai pengisi di ruang jalan maupun rungan dengan kontur memanjang. Gambar 13. Hasil Karya ke Tiga Karya ini berukuran 128 x 91 cm, terbentuk dari beebrapa bentuk segitiga yang memiliki relief terumbu karang. Karya ini berusaha memberikan kesan ceriah, energik dan dinamik. Bertujuan untuk hiasan dinding yang dapat digunakan sebagai pelengkap interior atau eksterior, baik pada ruang keluarga, ruang kerja, maupun ruang tamu. Gambar 14. Hasil Karya ke Empat dan ke Lima Gambar 15. Hasil Karya ke Enam dan ke Tujuh Termasuk karya tiga dimensi memiliki ukuran karya ke empat 30x30x 90 cm, karya ke lima 30x30x80 cm, karya ke enam 30x30x70 cm serta karya ke tujuh 30x30x80 cm. Memiliki kesan warna yang mencolok serta kesan soft. Bertujuan untuk penghias pojok ruangan maupun bagian utama, baik digunakan sebagai pelengkap interior maupun eksterior, baik diletakan di atas meja, di atas laci maupun pedestal. Berdasarkan hasil proses kreatif ini menyatakan bahwa insiprasi yang memiliki karakter kearifan lokal dapat dicapai dengan memanfaatkan salah potensi alam yang ada. Hal ini mampu memberikan kekhasan produk yang dibuat serta memiliki nilai jual. Journal of Art, Design, Art Education And Culture Studies JADECS, Vol 3 No. 2 - November 2018 e-ISSN 2548-6543 67 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam hal ini ringkasan dan uraian yang memuat ide-ide penulis, keterkaitan antara aspek dan dimensi serta temenuan penulis dengan penemuan sebelumnya. Proses kreatif ini telah mengembangkan potensi alam Indonesia yakni terumbu karang menjadi insiprasi bentuk kerajinan keramik hias. Terumbu karang telah dikenal dengan bentuknya yang indah sehingga sangat berpotensi sebagai pengembangan bidang seni, budaya dan sektor wisata bahari marine tourism. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi sehingga bentuk-bentuk keramik hias tidak hanya dengan bentuk-bentuk pottery, hewan, tumbuhan maupun manusia. Sehingga dengan ini dapat meningkatkan potensi kerajinan keramik hias berkarakter kearifan lokal sebagai negara bahari. Berdasarkan pada hasil proses kreatif ini dapat disarankan pada aspek kepraktisan serta pengemasan/ packaging untuk dapat dikembangkan oleh para perajin atau masyarakat. Sedangkan pada aspek teoritis, agar hasil proses kreatif ini lebih dikembangkan baik dari kajian teori maupun metodologi pengembangannya bagi akademisi seni dan desain. DAFTAR RUJUKAN Dharsono, Sony Kartika, 2016. Kreasi Artistik Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni, Karang Anyar LPKBN Citra Sains. Guntur, Prasetyo D. & Wawan. 2012. Pemetaan Terumbu Karang Teori, Metode dan Praktik. Bogor Ghalia Indonesia. Guntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Karang. Bogor Ghalia Indonesia. Gustami, S. P. 2004. Proses Penciptaan Seni kriya Untaian Metodologi. Yogyakarta Paskasarjana ISI Yogyakarta. Indrawati, Lilik. 2009. Nirmana Organisasi Visual. Malang Universitas Negeri Malang. Ponimin. 2018. āDiversifikasi Desain Produk sentra keramik Dinoyo Bersumber ide Budaya Lokal Malangā , dalam Jurnal Bahasa & SeniBahasa, Sastra, Seni & Pengajarannya, Volume 46. no 1 /2018. ______, 2017. āRevitalization Of Traditional Jug Into Interior Aesthetic Element With āGlocal Global Local Cultureā dalam procciding seminar internasional ā ISOLECā, Internationl Seminar on Language, Education, And Culture, 25-26 Oktober, Fakultas Sastra UM ______,. 2010. Desain dan teknik Berkarya Kriya Keramik. Bandung CV Lubuk Agung. Sachari, Agus. 1989. Estetika Terapan. Bandung Penerbit Nova Bandung Aditama. Sumarwahyudi. 2011. Filsafat Ilmu Seni. Malang Pustaka Kaiswaran. Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang UM Press. Taufik Akbar, Wisnu Prastawa , 2018. āKarakteristik Dan Implementasi Tanah Liat Di Lubuk Alung Sebagai Bahan Baku Pembuatan Keramik Hiasā Jadecs , ResearchGate has not been able to resolve any citations for this AkbarWisnu PrastawaTanah liat sebagai bahan baku keramk memiliki karakteristik berbeda-beda. Karakteristik suatu tanah liat berpengaruh pada kualitas sebuah karya keramik. Artikel ini adalah hasil penelitian karakteristik tanah liat di Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman dan diimplementasikan menjadi bahan baku pembuatan keramik hias. Tujuan penelitian ini adalah untuk pengembangan kriya keramik. Penelitian ini menggunakan mentodologi penelitian tindakan serta mengimplementasikan tanah liat menjadi keramik hias. Tanah liat Lubuk Alung merupakan tanah jenis earthenware yang memiliki karakteristik kurang plastis, berwarna terakota dan memiliki perentase susut kering 10% serta susut bakar 11% 800°C. Tanah liat Lubuk Alung dicampur dengan tanah liat plastis daerah Talawi Sawahlunto untuk dapat dijadikan bahan pembuatan keramik hias kategori tembikar. Ponimin - PoniminCeramic craft in Sentra Keramik Dinoyo of Malang has been produced in more or less four generations long. In the beginning, local crafters made potteries in traditional kitchenware. The increasing demand of consumer made room for decorative ceramic. Unfortunately, their product design development didnāt reflect local culture nuance. It because crafters werenāt able to develop the design. Through this activity, researcher tried to solve design problem, extracted from local culture as ceramic creation idea. So that local culture could appear as local ceramic characters. Ceramic product design development is done by formulating design concept, manifesting concept into product design image. Design image result then tested to design expert. The product design image then improved. This design improvement then manifested into ceramic product prototype. This development produced a unique design, one of them is ceramic with Kendi Garuda Kamandaluā teapot from Kidal Templeās reliefs theme. permalink/DOI Dharsono KartikaThe encounter of modern tradition is a paradigm of modern art with a touch of tradition, a phenomenon tosearch for Indonesian roots in Indonesian cultural identity, then called the work of sanggit. To meet the global era, thealternative we have to build is how to do local studies traditional arts that can be an alternative to the development ofart towards global ideology, so that global phenomena will become more local. Preservation of traditional art, as a formof cultural resilience. Preservation can be interpreted as preservation and conservation. Preservation is maintaining,caring for, and protecting, while conservation is the preservation of development and / or utilization of value. Thepurpose of this discussion is to offer a phenomenon of meeting modern traditions in the Indonesian art workforce paradigm; 1 offering the concept of revitalization of sanggit as the basis for art work, 2 offering the concept of reinterpretation of sanggit as the basis for art work and 3 offering the concept of symbolic expression and / or abstraction as the basis of art work. Research / study steps are carried out with a qualitative research model with a cultural approach, referring to the teachings of Javanese culture in accordance with Javanese cultural philosophy and philosophy. This approach emphasizes data interpretation in case specificity. The review of the analysis in this study emphasizes more on the interaction model of qualitative data analysis, using a Javanese cultural approach. Analysis interactions were carried out to analyze qualitative data from the results of empirical data collection. The interactive results of the analysis are then examined by interpretive analysis in a hermeneutic Terumbu Karang Teori, Metode dan PraktikPrasetyo D GunturWawanGuntur, Prasetyo D. & Wawan. 2012. Pemetaan Terumbu Karang Teori, Metode dan Praktik. Bogor Ghalia Karang pada Terumbu KarangGunturGuntur. 2011. Ekologi Karang pada Terumbu Karang. Bogor Ghalia Penciptaan Seni kriya Untaian Metodologi. Yogyakarta Paskasarjana ISI YogyakartaS P GustamiGustami, S. P. 2004. Proses Penciptaan Seni kriya Untaian Metodologi. Yogyakarta Paskasarjana ISI Organisasi VisualLilik IndrawatiIndrawati, Lilik. 2009. Nirmana Organisasi Visual. Malang Universitas Negeri Terapan. Bandung Penerbit Nova Bandung AditamaAgus SachariSachari, Agus. 1989. Estetika Terapan. Bandung Penerbit Nova Bandung Aditama.
keberadaan terumbu karang yang indah sangat penting dalam pengembangan sektor